Rabu, 10 Februari 2016

PENENTUAN JUMLAH PLAT, HETP, DAN RESOLUSI
PADA KOLOM KEMAS
 

Abstrak
Penentuan jumlah plat, HETP dan resolusi pada kolom kemas dengan Kromatografi Gas. Analisis dilakukan menggunakan jenis instrumen GC 14-B, panjang kolom 200 cm, stop time 10 menit, dengan program 1 dan 3 secara isothermal dengan perbedaan suhu, program 2 secara gradient temperatur. Contoh yang digunakan adalah ethanol 1% : propanol 1% : butanol 1% dengan perbandingan 1 : 1 : 1 dalam labu ukur 100ml. Penetapan ini dilakukan dengan 3 program yang berbeda yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah plat, HETP dan resolusi yang maksimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa  nilai resolusi antara etanol-propanol dan propanol-butanol yang tertinggi berada pada program pertama yaitu berturut-turut 3.1806 dan 4.4142. Dengan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa program ke-1 merupakan program yang terbaik untuk melakukan analisis pada kolom kemas.
Abstract
Determination of plate number, HETP, and resolution in packed column by  Gas Chromatography. The analysis used instrument GC 14-B, coloumn length 200cm, and stop time 10 minutes, with program 1 and 3 are isothermal with the different temperatures, and program 3 with gradient temperature. The samples are ethanol 1%, propanol 1%, and butanol 1% used with ratio 1 : 1 : 1 in a 100 mL.This determination used 3 different programs with the aim get plat number, HETP, and maximal resolution. The result showed value of resolution between the ethanol-propanol-butanol and propanol are highest in the first program, with resolution value 3.1806 and 4.4142. With these tests it can be concluded that the first program is the best program to perform analysis on packed columns








PENDAHULUAN

Kromatografi gas ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah bentuk peak dan efisiensi kolom. Nilai N, HETP, dan R (resolusi) adalah nilai- nilai yang menentukan keberhasilan suatu analisis. Dengan menentukan nilai dari faktor-faktor diatas, maka kita dapat menyimpulkan tingkat keberhasilan dan keefektifan suatu analisis.
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon  yang dalam pemisahannya dapat dilakukan dengan menggunakan alat GC (gas chromatography).
Tujuan melakukan analisis ini adalah untuk mendapatkan metode paling efektif dengan waktu yang relatif cepat dan hasil yang akurat. Serta untuk mengetahui efisiensi kolom pada kromatografi gas Dengan menentukan jumlah plat, HETP dan resolusi kolom pada kolom kemas kromatografi gas. Semakin efisien kolom makin kecil harga HETP dan makin besar nilai N-nya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi Gas
Kromatografi adalah cara pemisahan fisik campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase gerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas. Teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni, 2005).

Ada 2 jenis kromatografi gas:
1.       Kromatografi gas–cair (KGC)
Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam sehingga mekanisme sorpsi-nya adalah partisi.
2.       Kromatografi gas-padat (KGP)
 Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi permukaan.

Bagian-bagian dasar Kromatografi Gas diantaranya:

1.     Gas Pembawa (Carrier Gas)
Fase gerak atau disebut juga gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa analit ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif (inert), kemurnian tinggi (99,99%), mudah didapat dan murah, koefisien difusi gas rendah, cocok dengan detektor yang digunakan, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen). Seringkali gas pembawa ini harus disaring untuk menahan debu uap air dan oksigen.

2.     Gerbang Suntik (Injection Port)
Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa. Sampel yang akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik melalui gerbang suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan biasanya 10-150C lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi seluruh sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan.

3.     Oven

4.     Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya pemisahan komponen dari sample. Semakin panjang kolom, maka pemisahan semakin baik tetapi waku analisis lebih lama. Semakin kecil diameter dalam kolom, maka semakin baik pemisahannya. Kolom biasanya dibuat spiral atau bentuk U untuk menghemat tempat dalam alat. Kolom terdapat 2 jenis yaitu:
a.     Kolom kemas. Syarat fasa penunjangnya tidak menyerap sampel, lembam, kuat terhadap tekanan tinggi dan stabil pada suhu tinggi, punya luas permukaan besar, seragam, rata-rata 10 micron , hambatan rendah terhadap gas pembawa.

b.    Kolom kapiler merupakan kolom yang sangat efisien, resolusi lebih baik, harga mahal, biaya operasional tinggi, perlu gas pembawa sangat murni, dan jenis fasa cair pengisi : polar & non polar.
 
5.     Detektor
Fungsi detektor untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan merespon perubahan komposisi yang terelusi.

6.     Pencatat (Recorder)
Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik).
Program pada kromaografi gas:
1.     Isotermal
Pemisahan isotermal paling baik dipakai pada analisis rutin atau jika kita mengetahui agak banyak sifat sampel yang akan dipisahkan. Pilihan awal pada pemisahan isotermal ini adalah suhu yang digunakan beberapa derajat di bawah titik didih komponen campuran utama.

2.      Gradien Temperatur
Pemisahan dengan suhu terprogram mempunyai keuntungan, yakni mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen dalam suatu campuran yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas. Disamping itu, pada suhu terprogram juga mampu mempercepat keseluruhan waktu analisis, karena senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terelusi lebih cepat.

Konsep-Konsep Kromatografi
Selain konsep like dissolves like dan interaksi ikatan hydrogen antara molekul fase gerak, fase diam dan molekul sample, untuk memecahkan masalah pemisahan komponen sample dalam kromatografi dikenal dua teori yaitu: Teori Plat (plate theory) dan Teori Kecepatan (rate theory =kinetic theory).
1.      Teori plat (Plate theory)
Teori ini dikembangkan oleh Martin dan Synge (1941), Konsep teori ini berasal dari teori distilasi, kemudian dikembangkan pada kromatografi.  Dibayangkan bahwa didalam kolom kromatografi terdapat plat tipis, plat teori dimana terjadi kesetimbangan komponen sampel diantara fase gerak dan fase diam. Kejadian di satu plat teori ini identik dengan kejadian di satu tabung pada counter current extraction Craig. Kromatografi yang mempunyai jumlah plat teori tinggi (N besar) maka sistem tersebut efisien, mampu memisahkan komponen yang mempunyai perbedaan KD kecil, atau perbedaan kecil kekuatan ikatan hidrogen. Jumlah plat teori (N) dapat dihitung 16 kali kuadrat (jarak puncak,tR dibagi lebar alas puncak,W).
2.      Teori kecepatan (Rate theory)
Teori kecepatan atau disebut juga teori kinetik ditemukan oleh van Deemter (1956) yaitu mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi melebarnya puncak yang secara langsung mempengaruhi HETP (Height Equivalent of a Theoretical Plate) atau disingkat H. HETP ini merupakan ukuran efisiensi kolom, H=L/N. Kolom yang efisien mempunyai N besar, HETP kecil dan lebar alas puncak yang sempit. Teori Kecepatan ( Rate theory ) mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya HETP. Kurva hubungan HETP dengan kecepatan gas pembawa dinyatakan dalam persamaan van Deemter dan dilukiskan sebagai kurva, disebut kuva van Deemter. Bila dilukiskan persamaannya (persamaan van Deemter) adalah sbb:
HETP  =    A    +   B/ µ   +   C. µ

3.      Resolusi
Resolusi adalah tingkat pernisahan atau derajat pemisahan dua komponen sample pada kromatografi. Resolusi dapat dihitung sebagai jarak antara 2 puncak dibagi lebar alas puncak. Nilai Resolusi ditentukan oleh selektifltas kolom (tR)dan efisiensi kolom (W). Nilai resolusi yang baik adalah ≥ 1,5 yang disebut resolusi garis dasar atau Base line resolution.

Alkohol
Alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Ada tiga jenis utama alkohol 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH.. Sedangkan alkohol yang di gunakan pada penetapan ini ada 3 yaitu :

1.     Etanol
Etanol (alcohol) adalah nama suatu golongan senyawa organic yang mengandung unsure C, H dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut sebagai etil alcohol alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, dengan rumus kimia C2H5OH. Karakteristik etanol meliputi: berupa zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar da menguap, dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Secara garis besar penggunaan Etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organic maupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spiritus, dan asetaldehid. Selain itu etanol juga digunakan untuk campuran minuman serta digunakan sebagai bahan bakar yang terbarukan (Endah dkk,2007).

2.     n-Propanol
Propanol adalah suatu cairan yang tidak berwarna pada suhu kamar dan tekanan atmosferis, serta dapat larut dalam alkohol dan ester. Propanol adalah alkohol primer dengan formula C3H7OH yang berwujud gas dalam keadaan normal. Propanol  juga dikenal sebagai 1-propil alkohol, n-propanol, atau hanya propanol. Propanol biasa di gunakan sebagai pelarut dalam industri farmasi, bahan bakar, untuk resin dan ester selulosa. Propanol terbentuk secara alami dalam jumlah kecil selama proses fermentasi.

3.     n-Butanol
Butanol merupakan senyawa alkohol yang memiliki 4 atom karbon berikatan hidrogen, sehingga senyawa ini mempunyai titik didih yang tinggi, merupakan cairan putih jernih dan berbau tajam , umumnya tidak larut dalam air, mempunyai titik nyala yang tinggi serta mempunyai tekanan uap rendah (0,3 psi). Butanol berfungsi sebagai pelarut cat, bahan bakar, resin, dan produk antara untuk polimer.

METODE PENELITIAN

            Praktikum penentuan jumlah plat, HETP dan resolusi pada kolom kemas dilakukan di laboratorium Analisis Instrumen-3 SMK-SMAK Bogor pada tanggal 21 Agustus 2014.
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain :
1.     Tabung vial
2.     Pipet Volum 1.00ml
3.     Piala Gelas 400ml
4.     Piala Gelas 800ml
5.     Labu ukur 100ml
6.     Syringe
7.     Alat instrument GC 14-B

Bahan-bahan yang digunakan :

1.     Standar etanol, propanol, dan butanol.
2.     Campuran ethanol : propanol : butanol  (1:1:1) ml.
3.     Aquadest.

Sumber sampel adalah campuran dari etanol, propanol, dan butanol masing-masing 1,00ml dalam labu ukur 100,00ml. Dimasukkan ke dalam tabung vial secara hati-hati. Setelah itu alat GC 14-B diatur dalam tiga kondisi berbeda, yaitu:
Parameter
P1
P2
P3
T injector (ºC)
130
150
150
T detector (ºC)
150
180
180
Init. Temp. (ºC)
80
80
140
Init. Time (menit)
10
10
10
Rate (ºC/menit)
10
10
10
Final temp. (ºC)
80
140
140
Final time (menit)
10
10
10

Tabel 1. pengaturan program pada GC
Kemudian sampel diinjeksikan sebanyak 3 pada masing-masing program. Syringe sebelumnya harus dibilas sebanyak 15 kali dengan larutan yang akan digunakan, Lalu ditekan start pada alat dan pada CMB. Kemudian tunggu hingga komputer menunjukkan data puncak. Lalu dicatat Area, Time, dan Panjang kolom.

CARA KERJA
1.     Buat larutan ethanol 1%, propanol 1%, dan butanol 1% masing-masing ke dalam labu ukur 100ml.
2.     Buat Larutan campuran ethanol, propanol, butanol (1:1:1)ml ke dalam labu ukur 100ml.
3.     Dimasukkan larutan tersebut ke dalam tabung vial.
4.     Diinjeksikan larutan dan diukur dengan instrumen GC 14-B.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan jumlah plat, HETP, dan resolusi sebagai berikut.
Rumus :
N = 16 (tR/W)2
HETP = L/N
R = 2 (tR2-tR1) / (W1+W2)
Data Hasil Pengamatan :
Data
tR (menit)
Wx (cm)
Area (cm)
Panjang Kolom


Puncak etanol
2.404
674351
0,7
200

2,336
611249
0,9
200

1.292
439284
1.6
200

Puncak propanol
3.858
376817
0.7
200

3.368
353648
0.7
200

1.548
258974
0.9
200

Puncak butanol
7.011
748257
0.8
200

4.826
847414
0.9
200

1,965
554284
1.1
200


Tabel 2. Data Hail Pengamatan pada 3 program
Pengolahan Data Hasil Pengukuran :
a.     Nilai N
Data
N
Puncak Etanol

577.9216
545.6896
736.1454
Puncak Propanol

900.400
1134.3424
834.9788
Puncak Butanol

5419.2418
8115.3673
900.6547

Tabel 3. Data Nilai N (Jumlah plat) pada 3 program
b.    Nilai HETP
Data
HETP
Puncak Etanol
0.3461
0.3665
0.2717
Puncak Propanol
0.2221
0.1763
0.2395
Puncak Butanol
0.0369
0.02464
0.2221

Tabel 4. Data Nilai HETP pada 3 program
c.     Nilai R
Data
R

R12
3.1806
2.5800
1.2649
R23
4.4142
3.1894
1.7514
           
Tabel 5. Data Nilai R (Resolusi) pada 3 program
           
Efisiensi kolom berkaitan dengan pelebaran puncak dari pita awal ketika melewati kolom. Melebarnya hasil dari desain kolom dan kondisi operasi, secara kuantitatif dapat dijelaskan oleh tinggi ekivalen plat teoritis (HETP). Apabila nilai HETP tinggi, maka efisiensi kolom kurang bagus. Efisiensi kolom meningkat jika jumlah lempeng teoritis meningkat. Karena semakin banyak lempeng teoritis (N) maka pemisahan semakin baik (diumpamakan semakin banyak pula corong pisahnya ekstraksinya lebih baik). Semakin panjang L (panjang kolom) maka semakin banyak jumlah lempeng teoritis dan efisiensi semakin bagus. Sedangkan untuk Resolusi (R), semakin besar resolusi maka pemisahan yang terjadi semakin baik.




Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa program yang baik untuk digunakan untuk pemisahan adalah program 1, yaitu isothermal. Hal ini dapat diketahui dari nilai Resolusi antara Etanol-Propanol dan Propanol-Butanol pada program gradient temperature memiliki nilai resolusi paling tinggi yang mengindikasikan bahwa telah pemisahan yang baik.

Daftar Pustaka

Riyanto, Sugeng, dkk. 2013. Modul Kromatografi 2013. Bogor: farmasice12.files.wordpress.com, Selasa 26 Agustus 2014, 19.30 WIB.

Tanpa nama. Tanpa tahun. “KROMATOGRAFI GAS “. Bogor: http://www.academia.edu/4545159/tugas_KROMATOGRKRO_GAS, Selasa 26 Agustus 2014, 18.30 WIB.